28 Des 2014

Pasir putih, Deburan ombak dan Aku (Pantai Simbolok, Anyer)

Penat dengan projek akhir UAS Gasal ini, Aku memanfaatkan libur natal ini untuk sejenak liburan, refreshing, cari inspirasi. Aku mutusin buat pergi Pantai, sekalian ngunjungi teman di Serang. Sudah lama banget, aku gak ke Pantai. Terakhir ke Pantai waktu liburan ke Lampung. Kaget aja ternyata di Anyer ini, Pantainya udah komersil banget. Banyak hotel-hotel yang dibangun di sekitar Pantai. Jadi, kalo mau menikmati Pantai di Anyer yang bagus dan bersih harus masuk kedalam hotel. Kalo lo nginep di hotel tersebut, yah pasti gratis. tapi kalo gak nginep, bakalan dikenakan biaya masuk sekitar Rp. 30.000,-an. Sedangkan Pantai yang dikelola umum sedikit banget. setelah muter-muter dari satu  Pantai ke Pantai lain. Akhirnya nemu juga Pantai yang berpasir dan bagus, Pantai Simbolok. Biaya masuknya Rp.10.000,-/orang. untuk pondokan dikenakan biaya Rp. 70.000,-/pondok. Oh yah, di Pantai Simbolok ini ada juga jasa untuk pasang tato temporary gitu.
Aku suka banget sama Pantai. Kalo disuruh milih liburan ke Pantai atau ke Gunung. Aku bakal milih untuk ke Pantai, tapi dengan catatan bahwa kedua tempat itu belum pernah didatangi sebelumnya. Kalo salah satu tempatnya sudah pernah didatangi, maka Aku memilih tempat yang belum pernah didatangi walaupun itu ke gunung... hehehe
Aku suka duduk berlama-lama dipantai, memandang ke laut lepas, sejauh mata memandang biru... itu menenangkan. Ada rasa rindu yang teramat, yang tak bisa dijelaskan. Aku tak peduli pasir-pasir itu mulai menempel dipakaian,  perlahan ombak datang mencubit mesra mengajakku bermain. Hilang laraku...hilang rinduku...







14 Sep 2014

Penolakan Pertama


Puasa ramadhan 2 tahun yang lalu...

Hampir setiap hari kalo mau ke kantor, aku lewat rumah sakit terbesar di kota Jambi ini. melihat banner promo pemeriksaan kanker payudara dan kanker servik. Entah kenapa akhirnya aku tergerak untuk memeriksakan diri. Pendeteksian dini mungkin lebih baik, jika masih stadium awal akan mudah dalam proses penyembuhan.
Dokter Widya, nama yang tertulis di name tag itu menyambutku dengan ramah. aku diminta untuk kembali satu minggu lagi untuk mengetahui hasil pemeriksaan.

Langit mulai kemerah-merahan, ada rasa kekhawatiran yang besar yang menghinggapi pikiranku. Terdengar suara adzan magrib, seteguk teh hangat membasahi kerongkongan, telah hilang dahaga. sebersit doa aku panjatkan. Ya Allah.. semoga hasilnya baik-baik saja.

Habis sahur, menunggu subuh lalu kembali tidur. Hari minggu ini, aku mau bangun siang. lupakan sejenak cucian yang menggunung. Baru saja aku mau memejamkan mata, handphoneku pun berbunyi. "Dimas jkt",  muncul di layar handphone. Ngapain dia telepon aku pagi-pagi begini.
"halo... Assalamualaikum?",
"walaikumsalam", balas dimas di ujung telepon.
"Kenapa mas?, lo telepon pagi-pagi begini".
"lo lagi ngapain?"
"gue baru mo tidur lagi."
"anak gadis gak boleh habis subuh tidur lagi" , Pagi begini aku udah dapat nasehat.
"Baiklah bapak dimas, ada yang bisa saya bantu?",gaya ngomong aku berubah sok resmi gitu, kayak customer service di bank-bank.
"Begini ibu jingga...,"sejenak hening "gue pengen serius sama lo, lo mau nikah sama gue?"
Rasa kantuk seketika hilang, aku gak salah dengar, gak lagi mimpi di pagi buta.
"Apa?", tanyaku memastikan apa yang aku dengar barusan.
"Iya.. gue pengen serius sama lo, lo mau gak nikah dengan gue?"
aku  belum langsung merespon jawabannya. siapa yang gak bakal kaget jika pagi-pagi begini ada yang telepon mengajak nikah. aku bangun merubah posisi dari tidur ke duduk.
"Dimas... lo yakin mo ngajak gue nikah. kita itu sudah lama banget gak ketemu, sudah 1,5 tahun deh"

Dimas Raditya, pertama kali bertemu dengan lelaki berkacamata ini saat menjalanan training di Jakarta. Walaupun satu angkatan masuk kerja, aku  gak pernah bertemu dengan dia sebelumnya. Dia ditempatin di kantor pusat di Jakarta, sedangkan aku dilempar di Jambi.
Dua minggu training, aku jadi lumayan dekat dengan dia. secara tempat duduk kita lebih sering disetting berdekatan oleh panitia. Jadilah dia teman ngobrol selama di kelas saat materi yang membosankan dan bikin ngantuk.
Setelah training selesai, kita masih menjalin komunikasi, chatting di facebook. komen-komenan status. Jika ada kegiatan di mana  pesertanya ada perwakilan kantorku, dia menitipkan oleh-oleh untukku. Sampai teman aku yang dititipin suka bilang "kayaknya dia suka sama kamu, orangnya baik kok".

"Emang semenjak training dulu , kita gak pernah ketemu lagi, tapi gue yakin dengan apa yang gue sampaikan bahwa gue pengen nikahin lo.  Lo mau kan nikah sama gue?", tanya dimas
"Well... jujur gue kaget dengar pernyataan lo. Gimana yah... bagaimana kalo kita ketemu dulu, habis lebaran gue emang berniat ke Jakarta. ada kerjaan di kantor pusat. nah... jadi kita bisa ngobrolin dulu. lo bisa lihat gue sekarang, yang bukan gue 1,5 tahun yang lalu. setidaknya gue menyakinin diri gue sendiri"
" Lebaran gue ke rumah lo yah? lo gak mudik kan? gue mau nunjukin keseriusan gue.", mata aku makin melek dengar pernyataannya yang dari nada suaranya emang serius.
"gue gak mudik kok...", aku bingung mau ngomong apa. gue gak bisa berpikir.
"boleh gue pikirin dulu, gue gak mau menyesal dan gak mau lo menyesal", jawabku.
"hmmm... baiklah"
"Gue ngantuk nih.. udah dulu yah.", Bagaimana mungkin aku ngantuk.  aku cuma mau mengakhiri pembicaraan ini.

***

Di malam lebaran, Dimas meneleponku. Dia bilang dia telah membeli tiket pesawat ke kotaku di hari kedua lebaran. Aku marah saat itu. mengapa dia tak membicarakannya dulu kepadaku sebelum membeli tiket. Aku bertanya padanya untuk apa dia datang ke rumahku. Dia bilang ingin bersilaturahmi. Namun, aku merasa ada tujuan yang lebih dari itu. Aku ingin berbohong, jika aku tak akan ada di rumah saat lebaran. Namun aku hanya diam, fikiranku tak karuan.

Aku memberitahu mama tentang maksud kedatanganku. Aku bilang ke mama untuk tak bilang ke keluarga besar. cukup orang-orang di rumah saja. Namun, ketika lebaran pertama datang. Mama memberitahu uwakku dan temannya jika ada lelaki yang akan datang ke rumah bermaksud melamar. aku marah saat itu, aku bilang dia hanya ingin bersilaturahmi saja. jangan berfikir terlalu jauh. Mama bilang ngapain datang jauh-jauh saat lebaran kalo cuma buat silaturahmi saja. Aku kesal, aku bilang ke mama seharusnya dia jangan dulu cerita ke orang-orang tentang hal ini.

Pagi di hari kedua lebaran, aku menjemputnya di Bandara bersama kakakku. ternyata dia tak datang sendiri, namun bersama saudara laki-lakinya. Argh... benar seperti yang kuduga. Setelah mengantarnya ke hotel, malam hari dia datang ke rumahku. membawa buah tangan bermacam-macam jenis kue khas kotanya. Teman dekat mama dan uwakku datang, seolah-olah mewakili keluargaku. ntah kenapa malam itu, aku merasa tak nyaman. ada sesak, aku tak bahagia sama sekali.

Kakaknya mengutarakan maksud kedatangan dia dan dimas. yah... dia ingin melamar diriku. uwakku, selaku orang yang dituakan bertanya padaku, apakah akan menerima atau bagaimana. aku menyampaikan jika aku tak bisa memberi keputusan saat ini. aku butuh berfikir. Nanti di bulan depan ketika kami ada pertemuan kantor di Jogja, aku akan memberikan Jawabannya.

***

Satu bulan terlewati, tiba saatnya aku harus memberikan jawabanku kepada dimas. langkah kaki ke Jogja terasa berat, aku masih gamang akan keputusanku. 
Dia duduk dihadapanku, aku menunduk tak berani menatapnya.
"Jadi gimana keputusannya?", tanya dimas
Aku diam sejenak"Maaf... saya tidak bisa menerima lamaran kamu".
Aku melihat raut wajah kecewa di wajahnya, dia hanya menjawab "baiklah". Namun, hal yang menyedihkan bagiku, dia tak menanyakan alasannya kenapa.

Aku pamit, meninggalkan dirinya yang masih terdiam. Langkahkah kakiku dengan berat. Rasa bersalah hadir di hatiku. Semenjak saat itu, setiap bertemu dengannya aku memilih menjauh atau menjadi pendiam. Saya berdoa, dia mendapatkan perempuan yang lebih baik karena saya dia orang yang baik.


  

Part 6 Confession No. 2

24 Agu 2014

Weekend Ke Kebun Raya Bogor

Sebelum memulai aktifitas kuliah dengan tugas yang seabrek, weekend ini, gue memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke kota Bogor. Gue pengen banget ke Kebun Raya Bogor. Kebetulan ada teman disana, jadi bakal ada yang jadi tour guidenya. Di kota ini, KRL jadi transportasi publik favorit aku. selain cepat, bebas macet, murah pula. Dari Stasiun UI ke Stasiun Cilebut jarak tempuhnya cuma 30 menit aja. Sampe stasiun cilebut, teman gue udah jemput aja. Diajakin deh muter-muter kota Bogor naik motor. 
Pertama, Gue diajakin kuliner di daerah Bogor Permai. Nah, gue nyobain es scoteng. yang gue tahu scoteng itu hangat, tapi ternyata ada juga yang dingin. Es scoteng ini rasanya kayak es teler, bedanya gak ada nangkanya. gue jadi doyan sama es ini.... Jadi pengen lagi minum es ini kalo ke Bogor.

Selanjutnya, gue langsung diajakin ke Kebun Raya Bogor. Ternyata Kebun Raya Bogor ini luas banget. Pohon-pohon yang berusia ratusan tahun menjulang tinggi. Asri banget disini.  Adem, sejuk. Gue datangi Jembatan merah yang sering banget gue lihat di sinetron jaman2 dulu. hehehehe... Gue juga nemuin Pohon yang gede banget. sayangnya ada tangan2 yang jahil yang nyoret2 Pohon itu. Gue gak tahu, apa yang dipikirannya ketika mengukir tulisan ntah yang gak jelas itu. Semoga anak-anak dan cucu gue nanti masih bisa meihat pohon itu. 


Nah... Lelah mengelilingi Kebun Raya Bogor, gue istirahat di salah satu bagian didalam Kebun Raya Bogor dengan hamparan rumput hijau yang luas. Banyak yang tidur-tiduran gitu, tanpa alas. asyiknya.... Tempat ini cocok banget buat piknik keluarga. Suatu hari, gue bakal ngajak Suami dan anak-anakku untuk piknik di Kebun Raya Bogor. Quality time yang murah meriah....


1 Mar 2014

Confession No. 2

Tiga bulan telah lewat dari vonis dokter. Aku tak menghitung berapa pil yang telah aku minum untuk menghambat pertumbuhan kanker. Dokter widya kembali mengingatkanku untuk segera mengambil keputusan. lebih cepat lebih baik. belum ada satupun orang-orang terdekat yang aku beritahu perihal penyakit ini. Aku bingung bagaimana untuk memulai menceritakan hal ini. Aku belum sanggup untuk melihat reaksi mama. Aku berfikir siapa yang bisa aku minta bantuannya, siap menerima cerita ini tanpa menambah kesedihanku. Ririn dan dita, apakah aku harus ceritakan ini kepada mereka?. hatiku ragu, aku mengurungkan niatku. Aku buka kontak dihandphoneku. Donny... yah, aku rasa dia adalah orang yang tepat untuk aku minta tolong.
"Don, lagi sibukkah?, kalo lagi nyantai kabarin yah. aku mau telepon.", bbm aku kirim kepadanya.

GADIS KECILKU
Terdiamku dalam kegelapan
Tergagap karena suasana
Kuhanyut dalam keretakan khayalan
Bak berjalan di atas ribuan kuburan-kuburan dangkal

            Kujelajahi waktu dengan derap keabu-abuanku
            Tak lagi mencium harumnya bunga
            Tak lagi menyapa yang semestinya disapa
            Namun selalu kubiaskan senyum untukmu dan untuk mereka

Gadis kecilku....
Mengenalmu membuat Bayang-bayangmu masih bersemayam di sini
Mengambil tempat tersendiri dalam kehampaan jiwaku
Yang mampu membuatku tersungkur dalam ketidak pastian
Karena ku tahu kau bukan untukku dan ku tak rela engkau untuknya

            Wahai gadis kecilku...
            Kuingin dirimu namun ku tak sanggup menutup lembaran lamaku
            Siangmu kupeluk di malamku
            Kesanggupanku dampingi dirimu
            Rinduku harus kau balas jangan sampai terkikis habis

Wahai engkau gadis kecilku...
Ku tahu pasti engkau berusaha menjauh
Namun dengarlah suaraku....
Mistaqon ghaliza yang telah terucap
Membekukan bibirku untuk tidak mengucapkan kucintai kau...
Seperti biasa aktifitas pagi dikantor dimulai dengan mengecek email. Sebuah email dari donny dengan subjek: Gadis kecil. Aku klik. Sebuah pesan singkat "Maaf..." dan attachment berextension doc lalu aku klik.



Hubunganku dan donny yang kembali dekat bbrp bulan ini akhirnya kembali renggang. Aku delete namanya dari contact bbm. Aku tak mengangkat telepon dan hanya membalas satu pesannya bahwa aku baik-baik saja. Terimakasih telah membantuku saat operasi dan tolong tidak memberitahu mamaku ttg masalah ini.
Aku menceritakan pada donny ttg penyakitku dan memintanya untuk menjadi pihak keluarga yg menyetujui operasi. Sebelum operasi, aku titipkan 2 surat padanya. 1 untuk dirinya dan 1 untuk mama. Aku memintanya membaca jikalau kehidupanku berakhir dimeja operasi. Namun kenyataan, dia membaca surat itu padahal aku masih bernafas hingga detik ini. Sebuah pengakuan tentang perasaanku padanya yg kupendam selama ini.
Aku marah padanya. Aku marah pada diriku. Kenapa dia harus bilang kalo dia juga mempunyai perasaan yg sama sepertiku. Apakah aku harus senang? Krna trnyata selama ini aku tak cinta sendiri.
Aku baca attachment email yg donny kirim. Aku menangis sesenggukan. Menyakitkan jika mencintai namun tak berbalas. Tapi lebih menyakitkan jika mencintai tapi tak bisa bersama.
Part 5 Husnudzhon, La Tahzan                                                                 Part 7 Penolakan Pertama


21 Feb 2014

Husnudzhon, La Tahzan

Aku menyadari begitu membosankan hidupku hampir 3 Tahun di Jambi. Memiliki rutinitas yang bisa ditebak setiap harinya. Bertemu dengan orang yang sama baik dikantor maupun dirumah. Gedung kantor yang bisa aku lihat dari balik jendela kamarku. bisa dihitung berapa orang yang aku kenal, yah mereka cuma teman-teman kantorku saja. Ada ruang yang kosong dihatiku yang belum mampu kuterjemahkan
Hidayah itu bukan datang tapi di jemput. Biasanya setelah sholat magrib, aku berdoa sekedarnya lalu segera melipat mukena dan sajadahku. Namun kali ini tidak, setelah sholat magrib, aku tafakur disajadahku lama. Tanganku tergerak untuk mengambil alquran yang berada di rak buku dihadapanku. Sudah lama sekali aku tak membacanya. Aku tertegun dan menangis ketika membaca arti dari sebuah ayat Al-Ahzab, 59. Malam itu, aku putuskan untuk berhijab.
Aku malu pada diriku ternyata selama ini aku terlalu sibuk mengejar ilmu dunia. Aku tak begitu mengenal agamaku. sedikit sekali pemahamanku terhadap Islam. aku tahu ruang kosong dihatiku. aku harus mengisi jiwaku dengan ilmu-ilmu agama. Niat itu pun aku sampaikan kepada Dini, teman dekatku dikantor yang seorang akhwat. berkat bantuannya, akhirnya aku bergabung di grup liqo.

Tiga bulan tidak terasa,semenjak ikut liqo. Rutinitasku selama hampir tiga tahun di Jambi pun berubah dan orang-orang yang aku temui pun lebih banyak. Matahari begitu menyengat siang ini. seperti biasa setiap sabtu jam dua siang aku pergi liqo di rumah mba indah, murrobbiku. awalnya begitu berat memulai aktifitas baru ini. apalagi pukul dua siang, waktu yang enak banget untuk tidur siang. Tetapi niat telah ditancapkan, sehingga ghiroh itu pun tak terbendung.
Bertemu dengan orang-orang yang memiliki semangat untuk menambah ilmu agama dan lebih memantaskan diri dihadapan Allah SWT membuatku damai. menjalin persaudaraan karena Allah dengan mereka adalah kebahagian tersendiri bagiku. Jika rasa malas menderaku untuk datang ke liqo. aku ingat-ingat lagi mereka. senyum mereka. Malu kalau aku yang masih sendiri ini tak datang dibandingkan dengan mereka yang semangat datang walaupun harus membawa dua atau tiga anak mereka naik angkot untuk sampai ke rumah murrobi. Rasa rindu menggelayut setelah dua pekan tak bertemu mereka. karena minggu kemarin aku izin tak datang untuk pulang ke Palembang. Aku yang pulang, yang berniat mengutarakan perasaanku. Namun, aku terlambat.
Doa Robitah mengakhiri pertemuan halaqah kami sabtu sore ini. Adzan ashar berkumandang Indah menyejukkan kalbu.
"Mba Vie, sudah sholat ashar jangan langsung pulang yah?", Himbau mba Indah.
"Iya... ada apa mba?, ada penasaran yang menghimpitku
"Ada yang ingin saya bicarakan", aku hanya mengangguk, lalu berlalu ke belakang untuk mengambil air wudhu. Belum ada satu orang pun yang aku beritahu tentang Breast cancer yang aku hidap.  Ashar ini, kupanjatkan doa agar Allah SWT agar memberikan aku kekuatan dan kesabaran atas ujian keimanan ini, memberikan yang terbaik yang aku butuhkan, bukan apa yang aku inginkan.

"Apa yang mau dibicarakan mba?", tanyaku ke mba indah setelah kelar sholat ashar.
"Begini mba vie, mba vie sudah siap untuk menikah?", mba indah memulai pembicaraan.
"In sya Allah udah siap mba.", Jawabku
"Udah punya calon?", aku menggeleng. 
"Udah pernah taaruf?", aku menggeleng lagi
"Begini... ada Ikhwan, binaannya suami saya. Dia pernah lihat mba vie. Kalo belum ada calon,  Dia mau Taarufan dengan mba vie. Kalo berkenan, mba vie tolong buat proposal taaruf, isinya itu seperti biodata lengkap, keluarga, kriteria pasangan, visi misi menikah dan lain-lain. selengkap-lengkapnya. nanti ditukar dengan punya si ikhwan. Mba vie bisa minta bantu mba dini, tentunya dia sudah berpengalaman."
"Iya mba... nanti saya tanya ke Dini, gimana cara buatnya", Jawabku
"Saya tunggu secepatnya yah, Jangan lupa kasih foto juga yah".mba indah mengingatkan

Langit berwarna jingga, aku pun beranjak pamit pulang ke mba indah. Awal yang baru membuka hati, melupakan abdillah.

Menikah melalui taaruf tak pernah terpikirkan olehku. Apalagi aku baru 3 bulan berhijab dan ikut liqo. Membuat proposal taaruf ternyata tidaklah mudah. Setelah bertanya ke Dini bagaimana caranya membuat proposal dan searching di Google. Aku dengan kebingunganku, mendeskripsikan bagaimana diriku dan pasangan seperti apa yang aku mau. Aku berusaha menjelaskan diriku dengan jujur, pasangan seperti apa yang diidamkan dan kehidupan pernikahan seperti apa yang diimpikan. Menuliskan secara detail riwayat hidup, bahkan penyakit yang diderita. Should I tell the truth? Aku putuskan untuk memulai semaunya dengan kejujuran.

Proposal nikah telah kuberikan kepada mba indah. Satu minggu ini, aku menunggu dengan resah. handphone tak pernah jauh dari pandangan mata. Kupastikan bahwa handphoneku tak mati, kalau saja mba indah menelepon. Benar saja, Handphoneku berbunyi. Mba indah Liqo nama yang tertera di layar handphone.

"Assalamualaikum Vie", sapa mba Indah dari ujung telepon.
"Wa'alaikumsalam", balasku.
"Gimana kabarnya?",
"Alhamdulillah baik, ada apa ya mba?", tanyaku to the point.
"Begini mba vie. Afwan yah, kemarin ana bilang ada ikhwan yang mau taarufan dengan mba vie. setelah membaca proposalnya mba vie. Sudah istikhoroh katanya, namun dia bilang tidak bisa melanjutkan. "
"Oh begitu. Iya mba indah gak apa-apa"
"Afwan yah mba vie. Nanti saya carikan ikhwan yang lain. Mungkin Allah telah mempersiapkan yang lebih baik untuk mba vie."
"Aamiin... iya mba gak apa-apa", ada getir didada.

Bohong kalau tidak ada rasa kecewa dan sedih. Aku menghela nafas panjang. Aku harus berbaik sangka terhadap si ikhwan. Mungkin ada sifat dan karakterku yang tak cocok dengannya, bukan karena riwayat penyakit yang aku cantumkan di biodata taaruf. 

Part 4 He is not into me 
Part 6 Confession No. 2

12 Feb 2014

He is not into me (Friend Or Lover)

He is not into me. Akhirnya, Penantian itu berakhir dan rasa penasaran itu pun terjawab. Donny tidak pernah mencintaiku, aku hanya cinta sendiri. Dia hanya menganggapku sebagai sahabatnya. Hari ini dia akan mengikat janji, tapi bukan dengan diriku. Aku tersenyum padanya saat dia menoleh kearahku. Wajah tegang terpancar di dirinya. Bagi donny, aku hanyalah sahabatnya atau mungkin seperti adik kecilnya. Seharusnya aku menyadari itu, tapi aku masih saja diam-diam mencintainya. Mistaqon ghaliza telah diikrarkan. Aku tertawa kecil menyadari kebodohanku. Tidak habis pikir kenapa aku menunggunya hingga selama ini. Mungkin aku terlalu mempedomani sebuah kalimat - Sebelum janur kuning melengkung, masih ada kesempatan -. Kesempatan itu sudah tertutup. aku pikir kisahku dengan donny akan berakhir seperti kisah cinta dalam sebuah sinetron atau novel. dimana pemeran utama wanitanya hidup berbahagia dengan cinta pertamanya. may be, the ending is not perfect  but i am happy for him.  segera, aku harus melupakan cinta ini dan membuka hati untuk cinta yang baru.
Kadang hati kecilku bertanya. Kenapa tak kau utarakan saja perasaanmu pada donny, Je?. Tapi aku memilih menyimpan perasaanku rapat-rapat. menunggu dia saja mengutarakan perasaannya padaku. Aku terlalu takut untuk kehilangannya. Jika, aku mengutarakan perasaanku lebih dari seorang sahabat dan ternyata dia hanya menganggapku sebagai sahabat saja. aku tak yakin bahwa persahabatan kami masih bisa sedekat ini. tentunya akan ada rasa canggung, dia atau aku yang bakal menghindar. Aku takut kehilangan, tapi akhirnya aku benar-benar kehilangannya. Semua tak akan sama lagi.
Terlalu banyak kenangan bersamanya. Ketika SD, dia menggendongku sepanjang jalan pulang kerumah karena lututku luka, jatuh didorong teman-teman yang pada berebut keluar dari kelas. Pernah juga aku menangis saat ditinggal sendiri karena papa mengantar mama yang akan melahirkan ke rumah sakit. Dia membujukku untuk diam, lalu membelikan aku es krim tung-tung yang suka lewat di komplek kami.
Ketika SMP, aku pun memutuskan untuk masuk di sekolah yang sama dengannya. Pernah ada yang mendekatiku, tapi donny mendatanginya lalu bilang bahwa aku masih terlalu kecil untuk pacaran. SMP kami lumayan jauh dari rumah. Kami suka menggunakan jalan pintas agar lebih cepat sampai ke sekolah, melewati jalan tanah setapak dengan kebun jagung dan kebun singkong dipinggirnya, serta rumput ilalang tinggi yang tumbuh disela-selanya. ada sebuah kejadian lucu, saat itu donny sedang melakukan pendekatan dengan jessica, anak baru dikelasnya. kami pulang sekolah bertiga, kebetulan rumahnya searah dengan kami. dia berjalan berdua, sedangkan aku mengekor dibelakangnya. Saat aku sedang asyik mengambil rumput ilalang dipinggir tepian jalan setapak, donny memanggilku dengan wajah cemas sambil nafasnya terengah-engah. Ternyata donny habis berlari memutar balik ketika sampai dirumah jessica menyadari ketidakberadaanku. aku tertinggal jauh karena asyik mencambuti rumput ilalang yang menguning. sejak saat itu, aku tak pernah berjalan dibelakangnya tapi selalu didepannya. Ketika hubungannya yang baru berumur sejagung berakhir, aku kembali berjalan bersisian dengannya.
Bersekolah di SMA yang sama menjadi sebuah keuntungan bagiku. saat orientasi ternyata dia menjadi salah satu panitia. aku pun tak mengalami perlakuan yang tak menyenangkan dari para senior. tak perlu repot-repot meminta tanda tangan para panitia orientasi dengan terlebih dahulu diminta ini itu. tapi, mereka langsung saja memberikan tanda tangannya. entahlah, aku tak tahu apa yang dia katakan kepada teman-temannya itu.
Donny menjelma menjadi sosok idola disekolah. pintar, manis dan kacamata yang bertengger dihidung mancungnya membuat dia terlihat lebih berwibawa. apalagi setelah dia terpilih menjadi ketua OSIS. banyak cewek-cewek yang suka dengannya. gak hanya teman seangkatan, tapi ada juga kakak kelas yang mendatangiku. menanyakan tentang donny A to Z, hubungannya denganku. bahkan ada yang memintaku untuk menjadi makcomblang. lama-lama aku risih, ada rasa cemburu. apakah aku mulai mengenal cinta? cinta yang beda terhadap lawan jenis.
Tentu saja di SMA ini, kami tak lagi jalan kaki. donny dibelikan motor oleh ayahnya. aku selalu pergi dan pulang sekolah dibonceng olehnya. jika dia sibuk dengan urusan OSIS kadang dia memintaku untuk menunggu hingga kelar urusannya atau kadang dia mengantarku pulang terlebih dahulu, lalu balik lagi kesekolah. pernah aku pulang duluan tanpa memberitahunya, donny marah besar. tapi ketika aku bilang, aku pulang karena gak enak badan, marahnya langsung berhenti. tak sedikit yang mempertanyakan hubungan  kami. apakah hanya sahabat.
Ada desiran hangat didada ketika dia tersenyum manis padaku. padahal aku sering melihat dia tersenyum seperti itu. tanpa kusadari, berjalannya waktu membuat kebersamaan kami mengubah rasa sayangku sebagai sahabat menjadi rasa cinta. Biarlah waktu jua yang mengembalikan perasaan ini kembali seperti semula, Friendship.

Part 3 My Guardian Angel
Part 5 Husnudzhon, La Tahzan


7 Feb 2014

My Guardian Angel

Aku kembali ke rumah sakit, setelah satu minggu diminta untuk menunggu hasil tes pemeriksaan kesehatanku. Berawal dari brosur yg aku baca saat menjenguk teman yang sakit tentang pemeriksaan dini kanker payudara. Akhirnya aku memutuskan untuk menjalani pemeriksaan tersebut. Rasa takut merasuki menunggu hasil tesnya, apalagi setelah membaca artikel-artikel tentang kanker payudara di internet semakin membuatku tidur tak nyenyak 1 minggu ini.
"Ibu Vianca jingga arrumaisha", seorang perawat memanggil namaku. Aku beranjak dari tempat dudukku dan perawat itupun mempersilahkan aku untuk masuk keruangan dokter.
Senyum manis dari dokter Widya salsabila membuatku sedikit nyaman berada diruangnya. Dokter yang sama yang kutemui 1 minggu yang lalu. Dia tampak lebih muda dari usianya yang sudah berkepala lima.
"Saya panggil Vie saja yah, lebih bersahabat ketimbang Vianca. ", sambil membalik-balik kertas dihadapannya, yang sepertinya hasil tesku.
Belumlah aku mengiyakan, dia melanjutkan bicaranya"Mba Vie, dari hasil tes histopatologi dan rontgen. berdasarkan kriteria NTM, Maaf... anda mengidap breast cancer stadium II.A. Aku shock, bingung. Air mata seketika menetes. Aku sapu air mataku dengan ujung jilbab yang baru kukenakan 1 bulan ini.
Dokter widya memegang tanganku erat, "Mba Vie, Ilmu kedokteran sekarang sudah maju. Kanker anda belum menyebar ke kelenjer getah bening. kita bisa melakukan lumpektomi, pengangkatan tumor dan sedikit jaringan yang normal. Saya tahu yang kamu khawatirkan. kamu tak akan memiliki payudara yang sempurna. Tapi itu jalan satu-satunya, bahkan setelah operasi pengangkatan sebaiknya melakukan kemoterapi secara rutin agar sel tumor tidak kembali. kamu bisa melakukan operasi plastik nantinya".
Aku hanya diam sambil menghapus air mataku dengan tisu yang diberikan oleh dokter widya.
 "Semua keputusan ada dengan kamu. Perlu kamu ketahui juga, bahwa saya pun pernah terkena Breast cancer . Saya akan support kamu. Kamu bisa bicara dengan keluarga kamu terlebih dahulu. tapi lebih cepat dilakukan operasi akan lebih baik", aku hanya menggangguk mendengar penjelasan dokter widya.
"Selagi kamu pikirkan, saya akan beri kamu resep obat penghambat hormon untuk menekan pertumbuhan sel-sel kanker".

Aku pulang dalam kebingungan, ketakutan, kesedihan dan amarah. Aku mendatangiNYA, pemilik jiwa dan ragaku pada dua pertiga malam. Dalam sujud panjang aku menangis. Sulit bagiku menerima kenyataan itu.
"Ya Rabb...Kenapa kau beri aku cobaan seperti ini?, semoga ini hanya mimpi. Beri aku keajaiban", rintihku dalam doa. Air mata tak henti-hentinya mengalir. Dadaku sesak.
Aku merenungi diri, Mencoba memahami sebuah ayat dalam alquran. Mungkin ini adalah ujian dari Allah untuk mengetahui bagaimana keimananku. Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
 
Suara dering handphone membuatku terperanjat dari renunganku. Aku seka air mataku. Siapa yang menelepon pagi buta begini. Aku raih handphoneku yang tergeletak dikasur. -Dodol- nama yang tertera dilayar handphone.
"Assalamualaikum?", sapaku.
"Walaikumsalam. Je, Are you Oke?" 
"Are you oke je?", suara diujung telepon kembali bertanya
Donny pradipta raditya adalah lelaki yang aku kenal sejak berumur 4 tahun. Rumahnya tepat disebelah rumahku. Saat itu, kami baru pindah ke Palembang karena papa pindah tugas. Dia menyapaku ramah. Dia adalah teman pertama yang aku kenal, sejak itu kita berteman baik.
Aku lebih suka memanggilnya dodol. Awalnya aku memanggilnya don, namun yang terdengar lebih sering seperti dol. Karena terbiasa jadinya aku panggil dol dan terdengar nyaman menjadi dodol hingga sekarang. Tadinya donny mau aku panggil abang atau kakak. Karena emang kita terpaut usia 1 tahun. Namun dia menolak. Ntah kenapa... padahal sekolah pun kita berbeda tingkat.
Ketika orang-orang memanggilku vie, dia malah memanggilku Pi. Tapi aku tak suka. Lalu, Dia pun lebih suka memanggilku jeje dari kata jingga. Yah cuma dia yang panggilku jeje dan begitupun cuma aku yang panggil dia dodol. Kita hampir selalu bersama. Kita bersekolah di TK hingga SMA yang sama. Gak ada yang berani gangguin aku, karena ada dia. Badannya yang gede untuk ukuran anak seumurnya membuat dia disegani. Dimana ada dia, maka aku mengekor dibelakangnya. Dia selalu menjadi orang yang pertama ketika aku sedih dan bahagia. semua aku ceritakan, kecuali satu hal. Seperti malam ini, dia tetap menjadi yang pertama ketika aku butuh seseorang.
"Kamu habis nangis yah?", tanya donny lagi.
"Kamu kenapa telepon aku malam-malam dol?", aku malah tanya balik.
"Je, kamu belum jawab pertanyaan aku. Kamu kenapa?. Jangan bikin aku khawatir"
"Dol... I need a shoulder to cry on", lirihku
"I wish I were there.... but, you can talk to me", jawab donny.

Aku sudah bisa menenangkan diriku. Hey... donny bukanlah dodol yang dulu. dia sudah berbeda. Gak sepatutnya aku mengobrol malam-malam dengan suami orang, batinku.
"I am ok... aku cuma homesick", Maaf dol, kali ini aku harus bohong lagi padamu.
"Really...?", dia kembali bertanya seakan tak percaya dengan jawabanku.
"hey... kamu kenapa telepon perempuan lain malam-malam?, kemana istri kamu?", aku tertawa kecil mencoba mengalihkan pembicaraan.
"hmmm... ntahlah tiba-tiba aku ingin saja telepon kamu. Aku kangen kamu je, sudah lama kita tidak mengobrol kan?. Aku lagi gak dirumah je, lagi ada pertemuan kantor di Bali.

Aku kangen kamu juga dol. Kangen masa-masa kecil kita. entahlah, aku yang berubah atau kamu yang berubah. yang pasti kehidupan kita telah berubah.


***

Part 2 Confession No. 1      
Part 4 He is not into me                                                                

   


29 Jan 2014

Confession No. 1

 http://distilleryimage7.ak.instagram.com/b0a3c71085d211e395071278ba1dfd3f_8.jpg
Lagu-lagu kahitna menemaniku menikmati sabtu malam ini, Mengapa terlambat mengalun lembat mengingatkan akan sebuah cerita 2 tahun yang lalu....
Ragu-ragu, untuk entah sudah berapa kali draft bbm aku ketik, aku hapus, Akhirnya aku send juga.
"Di, lgi dmn? Aku lagi di Palembang. Ketemuan yuk?"
"Aku lagi di Jakarta, Vie"
"Ngapain? Padahal ada yg mau aku omongin"
Abdi gak membalas bbm ku. Perasaan aku  gak enak, bolak balik ngelihatin layar BB. Belum di read juga. 10 menit telah lewat.... 1 jam... arghh.. aku gak  pernah segila ini nungguin balasan bbm.
"Mau ngomongin apa vie? Aku baru aja kelar pertemuan keluarga, hari ini aku melamar dita".
Tanpa aku sadari air mata menetes, aku terlambat mengutarakan isi hatiku.

Aku temui ririn dan nisa disalah satu tempat makan favorit kami. Sudah lumayan lama aku tak bertemu mereka, sama lamanya aku tak menginjak kota Palembang. Aku lihat ririn dan nisa sudah duduk disudut ruangan, tempat favorit kami kalo bercengkrama dengan dua gelas lemon tea tersaji di Meja. Mereka tersenyum padaku dan pelukan hangat pelepas rindu.

Aku ceritakan pada mereka tentang niatku. dua sahabatku ini sangat mengetahui ceritaku dan abdillah. Ketika aku di Jambi, kadang mereka bertemu bertiga sekedar makan siang bersama. Mungkin maksud abdillah ingin mengetahui tentang diriku dari sahabat-sahabatku. Tapi jujur, aku sempat cemburu. bukan kepada kedua sahabatku, tapi kepada Abdillah. aku merasa dia telah mengambil sahabat-sahabatku. Setiap aku telepon yang dibicarakan Abdillah. kenapa mereka jadi yang lebih dekat dengan Abdillah.

Ternyata mereka telah mengetahui  bahwa hari ini Abdillah akan melamar dita.
"Kita Sudah mengingatkanmu, Vie. Tentang  keseriusan Abdillah, tapi dirimu acuh saja. Bagaimana dia mencoba mendekati kita untuk mencari tahu tentang dirimu. bagaimana dia mendekati mamamu, walaupun dirimu gak ada di Palembang. Hmmm.... sepertinya aku tak perlu menyebutkan lagi satu persatu bukti keseriusan dia. kau mungkin lebih tahu. yang ada akan menambah rasa penyesalan dirimu saja", ucap Ririn.

"Dia minta kita untuk bicara ke Vie. Tapi dirimu menghilang. 2 bulan ini gak bisa dihubungi. Facebook deactive, ditelepon gak diangkat. kita sms dan balasan yang diterima kalau  Vie gak ingin diganggu. Kau tahu dia sudah didesak oleh orang tuanya untuk menikah. kita cuma bisa kalau kita gak bisa apa-apa, karena masalah hati adalah hak veto dirimu", Nisa menambahkan.
Aku cuma diam, mencoba menahan diri tak menangis. Aku tak ingin tampak terlihat bodoh dihadapan mereka dengan my foolish decison. Ada sesuatu diriku yang belum mereka ketahui. kenapa aku menghilang dua bulan ini. Butuh waktu bagiku untuk menyakini diri ini. Walaupun terlambat, aku tak menyesal. Allah punya rencana yang lain untukku.
***

Setelah hujan reda, Pelangi semburat nan indah mengantarkanku pulang ke kota jambi.
"Vie, masih di palembang kah?, Aku sudah di Palembang nih. katanya kemarin ada yg mau diomongin", abdi bbm aku.
"Aku otw Jambi". Tiba-tiba Pikiran liar merasuki otakku. Should I tell the truth if I love him?. Should I tell the truth about my condition. Dia kan baru lamaran juga, masih bisa berubah pikiran. Pikiran jahat itu segera aku tepis. aku hanya bakal bikin dia gak bahagia. He deserved to get the best.
"Gak ada apa-apa di, gak penting. Di... Maafin aku yah?", balasku
" for what? ", Abdi balik nanya.
"Everything..."

Aku memutuskan untuk tidur selama perjalanan ke Jambi. Aku merasa lelah. Supir travel ini sudah mengenalku dan tahu alamat rumahku. Tepat jam 12 malam, supir travel membangunkanku memberi tahu bahwa aku telah sampai dikontrakan. Rasa kantuk tiba-tiba hilang, Buru-buru aku masuk rumah dan menuju kamar, lalu menyambar bantal. Air mata tak bisa aku bendung lagi, Aku nangis sejadi-jadinya. semakin aku ingat obrolan-obrolan dengan ririn dan nisa, semakin membuat diriku menangis terisak-isak. Tangis yang hampir sama ketika mendengar vonis dokter beberapa bulan yang lalu.


Part 1 Boleh Aku Tidak Menikah?
Part 3 My Guardian Angel 

2 Jan 2014

Pesona Lampung di Libur akhir tahun 2013

Akhir tahun ini bisa libur lumayan panjang. mulai dari tanggal 24 desember 2013 s.d 1 Januari 2014. Alhamdulilah bisa liburan, merefreshing nih otak dari rutinitas kantor. Tadinya udah rencana mau ke Bromo, tapi teman yang kepengen ke bromo juga ternyata gak bisa karena gak bisa libur. Liburan sendiri gak seru, Puter otak, kalo hampir seminggu dirumah aja dan akhirnya memutuskan ngajakin adik gue buat liburan ke Lampung.
Setelah memutuskan untuk liburan ke lampung, pertama yang dilakukan adalah hunting tiket kereta Palembang - Lampung. Untuk tiket Kereta VIP Stasiun Kertapati (Palembang) - Tanjung Karang (Lampung) Rp. 150.000,-, pemberangkatan pukul 20.00 WIB. Alhamdulillah masih dapat 2 tiket. 
Tanggal 25 Desember 2013, perjalanan ke lampung pun dimulai. sudah lama gak naik kereta api. gue dan memey begitu menikmatinya. Kereta tiba di stasiun Tanjung Karang, Lampung pukul 7 pagi. Akhirnya gue berpijak di Lampung juga. Lumayan 1 jam nunggu di stasiun, akhirnya sepupu gue uli dan suaminya datang menjemput.
Tujuan pertama, tentunya cari sarapan dulu. uli ngajakin sarapan lontong sayur di Elok, saburai . untuk 1 porsi lontong sayur + telur harganya Rp. 10.000, -  photo m195.gif .  Kemudian kita numpang mandi dirumah saudara suaminya uli, karena sebenarnya uli dan suami tinggal di kota agung.
Tidak mau mensia-siakan waktu, langsung deh kita berangkat ke pantai mutun. Sebelum Ke Pantai Mutun, kita Mampir ke Bukit Randu. Dari Bukit Randu kita bisa melihat Kota Bandar Lampung dan dari kejauhan terlihat gunung Tanggamus.
 

Untuk masuk ke pantai mutun di kenakan biaya Rp. 10.000,-/Mobil. Untuk sewa Pondok Rp. 100.000,- (seharian). Asyiknya jarak antara pondok dengan bibir pantai hanya lebih kurang 2 meter. Puas deh main air. Di Pantai Mutun juga menyediakan berbagai macam Sport water . Ada banana boat  tiketnya Rp. 25.000,-/Orang. Perahu kano Rp. 20.000,- / 1 jam. Keliling Pulau naik perahu dikenakan Rp. 10.000,-/Orang. Banyak juga sih Jajanan disana, jadi gak bakal takut kelaparan. tapi saran sih, lebih baik bawa bekal aja dari rumah karena harga yang di tawarkan lumayan mahal.









Puas bermain di Pantai mutun. Waktunya pulang ke Kota Agung. Perjalanan dari Bandar Lampung ke Kota Agung sekitar 3 Jam. Pemandangan yang indah apalagi ketika memasuki Kota Agung. Jalan yang mendaki mengelilingi Gunung Tanggamus, lalu turun memasuki kota Agung. Waktu yang tepat memilih Jika datang ke Kota Agung ketika sore. Saat senja langit kota agung sangat indah. Jujur yah... gue belum pernah lihat sunset seindah ini. Langit kemerah-merahan...



Suasana kota Agung Asri banget... Gue ngerasa betah disini. Pagi hari udaranya sejuk, tapi ketika Malam Panas banget, sepupu gue bilang sih karena udah lama gak hujan.
Pagi hari, gue diajak jalan-jalan naik motor sama uli. Dibelakang rumahnya tegak berdiri Gunung Tanggamus sawah hijau kekuningan terbentang luas dihiasi dengan pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi. Lalu kearah depan terbentang laut nan biru. wuih... keren dah pokoknya bisa ngelihat gunung dan laut disatu tempat photo m055.gif .gue juga diajakin ke Pasar, dekat pasar itu ada Dermaga kapal gitu. tiap hari ada pelelangan ikan. Ikannya segar-segar banget. Namanya ikan es itu gak ada. Gak gue sia-siain untuk bikin ikan bakar. 
Dermaga Kota Agung Ketika Pagi Hari
Dermaga Kota Agung Ketika Sore hari