Tiga bulan telah lewat dari vonis dokter. Aku tak menghitung berapa pil yang telah aku minum untuk menghambat pertumbuhan kanker. Dokter widya kembali mengingatkanku untuk segera mengambil keputusan. lebih cepat lebih baik. belum ada satupun orang-orang terdekat yang aku beritahu perihal penyakit ini. Aku bingung bagaimana untuk memulai menceritakan hal ini. Aku belum sanggup untuk melihat reaksi mama. Aku berfikir siapa yang bisa aku minta bantuannya, siap menerima cerita ini tanpa menambah kesedihanku. Ririn dan dita, apakah aku harus ceritakan ini kepada mereka?. hatiku ragu, aku mengurungkan niatku. Aku buka kontak dihandphoneku. Donny... yah, aku rasa dia adalah orang yang tepat untuk aku minta tolong.
"Don, lagi sibukkah?, kalo lagi nyantai kabarin yah. aku mau telepon.", bbm aku kirim kepadanya.
"Don, lagi sibukkah?, kalo lagi nyantai kabarin yah. aku mau telepon.", bbm aku kirim kepadanya.
Hubunganku dan donny yang kembali dekat bbrp bulan ini akhirnya kembali
renggang. Aku delete namanya dari contact bbm. Aku tak mengangkat
telepon dan hanya membalas satu pesannya bahwa aku baik-baik saja.
Terimakasih telah membantuku saat operasi dan tolong tidak memberitahu
mamaku ttg masalah ini.
Aku menceritakan pada donny ttg penyakitku dan memintanya untuk menjadi pihak keluarga yg menyetujui operasi. Sebelum operasi, aku titipkan 2 surat padanya. 1 untuk dirinya dan 1 untuk mama. Aku memintanya membaca jikalau kehidupanku berakhir dimeja operasi. Namun kenyataan, dia membaca surat itu padahal aku masih bernafas hingga detik ini. Sebuah pengakuan tentang perasaanku padanya yg kupendam selama ini.
Aku marah padanya. Aku marah pada diriku. Kenapa dia harus bilang kalo dia juga mempunyai perasaan yg sama sepertiku. Apakah aku harus senang? Krna trnyata selama ini aku tak cinta sendiri.
Aku baca attachment email yg donny kirim. Aku menangis sesenggukan. Menyakitkan jika mencintai namun tak berbalas. Tapi lebih menyakitkan jika mencintai tapi tak bisa bersama.
Part 5 Husnudzhon, La Tahzan Part 7 Penolakan PertamaAku menceritakan pada donny ttg penyakitku dan memintanya untuk menjadi pihak keluarga yg menyetujui operasi. Sebelum operasi, aku titipkan 2 surat padanya. 1 untuk dirinya dan 1 untuk mama. Aku memintanya membaca jikalau kehidupanku berakhir dimeja operasi. Namun kenyataan, dia membaca surat itu padahal aku masih bernafas hingga detik ini. Sebuah pengakuan tentang perasaanku padanya yg kupendam selama ini.
Aku marah padanya. Aku marah pada diriku. Kenapa dia harus bilang kalo dia juga mempunyai perasaan yg sama sepertiku. Apakah aku harus senang? Krna trnyata selama ini aku tak cinta sendiri.
Aku baca attachment email yg donny kirim. Aku menangis sesenggukan. Menyakitkan jika mencintai namun tak berbalas. Tapi lebih menyakitkan jika mencintai tapi tak bisa bersama.
0 komentar:
Posting Komentar