1 Mar 2014

Confession No. 2

Tiga bulan telah lewat dari vonis dokter. Aku tak menghitung berapa pil yang telah aku minum untuk menghambat pertumbuhan kanker. Dokter widya kembali mengingatkanku untuk segera mengambil keputusan. lebih cepat lebih baik. belum ada satupun orang-orang terdekat yang aku beritahu perihal penyakit ini. Aku bingung bagaimana untuk memulai menceritakan hal ini. Aku belum sanggup untuk melihat reaksi mama. Aku berfikir siapa yang bisa aku minta bantuannya, siap menerima cerita ini tanpa menambah kesedihanku. Ririn dan dita, apakah aku harus ceritakan ini kepada mereka?. hatiku ragu, aku mengurungkan niatku. Aku buka kontak dihandphoneku. Donny... yah, aku rasa dia adalah orang yang tepat untuk aku minta tolong.
"Don, lagi sibukkah?, kalo lagi nyantai kabarin yah. aku mau telepon.", bbm aku kirim kepadanya.

GADIS KECILKU
Terdiamku dalam kegelapan
Tergagap karena suasana
Kuhanyut dalam keretakan khayalan
Bak berjalan di atas ribuan kuburan-kuburan dangkal

            Kujelajahi waktu dengan derap keabu-abuanku
            Tak lagi mencium harumnya bunga
            Tak lagi menyapa yang semestinya disapa
            Namun selalu kubiaskan senyum untukmu dan untuk mereka

Gadis kecilku....
Mengenalmu membuat Bayang-bayangmu masih bersemayam di sini
Mengambil tempat tersendiri dalam kehampaan jiwaku
Yang mampu membuatku tersungkur dalam ketidak pastian
Karena ku tahu kau bukan untukku dan ku tak rela engkau untuknya

            Wahai gadis kecilku...
            Kuingin dirimu namun ku tak sanggup menutup lembaran lamaku
            Siangmu kupeluk di malamku
            Kesanggupanku dampingi dirimu
            Rinduku harus kau balas jangan sampai terkikis habis

Wahai engkau gadis kecilku...
Ku tahu pasti engkau berusaha menjauh
Namun dengarlah suaraku....
Mistaqon ghaliza yang telah terucap
Membekukan bibirku untuk tidak mengucapkan kucintai kau...
Seperti biasa aktifitas pagi dikantor dimulai dengan mengecek email. Sebuah email dari donny dengan subjek: Gadis kecil. Aku klik. Sebuah pesan singkat "Maaf..." dan attachment berextension doc lalu aku klik.



Hubunganku dan donny yang kembali dekat bbrp bulan ini akhirnya kembali renggang. Aku delete namanya dari contact bbm. Aku tak mengangkat telepon dan hanya membalas satu pesannya bahwa aku baik-baik saja. Terimakasih telah membantuku saat operasi dan tolong tidak memberitahu mamaku ttg masalah ini.
Aku menceritakan pada donny ttg penyakitku dan memintanya untuk menjadi pihak keluarga yg menyetujui operasi. Sebelum operasi, aku titipkan 2 surat padanya. 1 untuk dirinya dan 1 untuk mama. Aku memintanya membaca jikalau kehidupanku berakhir dimeja operasi. Namun kenyataan, dia membaca surat itu padahal aku masih bernafas hingga detik ini. Sebuah pengakuan tentang perasaanku padanya yg kupendam selama ini.
Aku marah padanya. Aku marah pada diriku. Kenapa dia harus bilang kalo dia juga mempunyai perasaan yg sama sepertiku. Apakah aku harus senang? Krna trnyata selama ini aku tak cinta sendiri.
Aku baca attachment email yg donny kirim. Aku menangis sesenggukan. Menyakitkan jika mencintai namun tak berbalas. Tapi lebih menyakitkan jika mencintai tapi tak bisa bersama.
Part 5 Husnudzhon, La Tahzan                                                                 Part 7 Penolakan Pertama