Paling enak itu kerja sambil jalan-jalan. Makanya, kalo dikasih kesempatan untuk penelitian atau ada kerjaan di luar daerah, gue senang banget. gue milih ketempat yang belum pernah gue datangi atau banyak objek wisatanya. Yah... kalo pun gak bisa milih daerahnya tetap aja senang, secara gue emang suka travelling.
Kali ini gue dikasih kesempatan untuk melakukan penelitian "Implementasi Knowledge Management Pengetahuan tradisional sumber daya genetik Indonesia". Penelitian dari lab E-government, Fasilkom UI. Cari data dan wawancara narasumber terkait pengetahuan tradisional di daerah Sindang Kelingi, Rejang Lebong, Bengkulu. Untuk sampai ke Sindang Kelingi, dari Kota Bengkulu harus menuju ke Kota Curup terlebih dahulu (Ibu kota Kabupaten Rejang Lebong), waktu yang diperlukan sekitar 3 jam.
Kalo ke kota Curup sih gue udah ketiga kalinya ini. yang pertama waktu masih kecil sekitaran SD sama mama silaturahmi ke Pak Marwan DS, mantan atasan papa waktu di Pangkal Pinang. Pak Marwan DS ini sumpah baik banget orangnya. kalo boleh dibilang punya banyak hutang budi keluarga kami ke beliau. one day, gue bakal cerita tentang beliau. Balik lagi tentang kota Curup. Penelitian gue kali ini, gue nginep di rumah saudara sahabat gue henny namanya yuk sri. Kota Curup ini dingin banget, gue gak sanggup kalo mandi pagi-pagi. Yuk Sri cerita, kalo keluarga mereka gak pernah mandi sore. Jadi, disini mereka cuma mandi sehari satu kali aja. cuma pagi aja saat mau beraktifitas. Yang udah bertahun-tahun tinggal di Curup begitu, apalagi gue yang cuma 1-2 hari yah. so, wajar kalo gak mandi. Tapi yah waktu gue datang ke Curup, kan nyampenya jam 7 malam gitu. gue mandi gitu. karena mungkin gerah yang ada berasa dingin-dingin segar gitu. tapi selanjutnya... jangan tanya, selama disana kalo malam gue pake jaket dan kaos kaki.
Ntah kenapa, gue punya keinginan dimasa tua gue tinggal di kota seperti Curup. Memiliki tanah yang luas dibelakang rumah untuk bercocok tanam. Karena cuaca Curup yang dingin, kota ini terkenal dengan penghasil sayur-sayurannya. Didepan rumah yuk sri, tanaman ubi menjalar dengan subur, gak pake pupuk dan perawatan gitu. Selain sayur-sayuran, kota Curup juga terkenal dengan penghasil Pokat dan gula aren. Jadi, biasanya kalo dari Curup dibawain oleh2nya Pokat dan gula aren.
Waktu gue mau pergi penelitian ke Sindang Kelingi. Suaminya Yuk Sri khawatir, dia cerita kalo daerah itu rawan kejahatan. Dengar hal itu gak mungkin gue balik lagi kan ke Jakarta, ditambah lagi narsum gue bilang agar gue berhati-hati ketika kesana. Gue diminta untuk konpoi dengan kendaraan lain waktu masuk kedaerah sana. ih... seremmm, tapi alhamdulillah semuanya baik-baik aja. Penelitian gue beres dan gue bisa nulis blog ini. Dari Kota Curup ke Sindang Kelingi butuh waktu sekitar satu jam naik motor. Padahal gue udah pake jaket tebal, tapi tetap aja selama perjalanan itu, gue kedinginan. tapi kadang berasa sejuk juga.
Yang menyenangkan dari perjalanan kali ini adalah setelah selesai meneliti, gue masih bisa jalan-jalan. Gue pernah ke kota Bengkulu, cuma gak sempat nikmati sunset yang bisa dilihat dari pantai panjang. Hari terakhir penelitian gue di Sindang kelingi, habis zuhur gue memutuskan untuk langsung ke Bengkulu, mengejar waktu untuk melihat matahari terbenam dari pantai panjang. Jam 4 sore gue udah di kota Bengkulu. karena jadwal pesawat gue ke Jakarta baru keesok harinya. atas rekomendasi teman, gue nginep di hotel Xtra. Lokasinya ditengah kota, murah dan bersih juga.
Kalo ke kota Curup sih gue udah ketiga kalinya ini. yang pertama waktu masih kecil sekitaran SD sama mama silaturahmi ke Pak Marwan DS, mantan atasan papa waktu di Pangkal Pinang. Pak Marwan DS ini sumpah baik banget orangnya. kalo boleh dibilang punya banyak hutang budi keluarga kami ke beliau. one day, gue bakal cerita tentang beliau. Balik lagi tentang kota Curup. Penelitian gue kali ini, gue nginep di rumah saudara sahabat gue henny namanya yuk sri. Kota Curup ini dingin banget, gue gak sanggup kalo mandi pagi-pagi. Yuk Sri cerita, kalo keluarga mereka gak pernah mandi sore. Jadi, disini mereka cuma mandi sehari satu kali aja. cuma pagi aja saat mau beraktifitas. Yang udah bertahun-tahun tinggal di Curup begitu, apalagi gue yang cuma 1-2 hari yah. so, wajar kalo gak mandi. Tapi yah waktu gue datang ke Curup, kan nyampenya jam 7 malam gitu. gue mandi gitu. karena mungkin gerah yang ada berasa dingin-dingin segar gitu. tapi selanjutnya... jangan tanya, selama disana kalo malam gue pake jaket dan kaos kaki.
Ntah kenapa, gue punya keinginan dimasa tua gue tinggal di kota seperti Curup. Memiliki tanah yang luas dibelakang rumah untuk bercocok tanam. Karena cuaca Curup yang dingin, kota ini terkenal dengan penghasil sayur-sayurannya. Didepan rumah yuk sri, tanaman ubi menjalar dengan subur, gak pake pupuk dan perawatan gitu. Selain sayur-sayuran, kota Curup juga terkenal dengan penghasil Pokat dan gula aren. Jadi, biasanya kalo dari Curup dibawain oleh2nya Pokat dan gula aren.
Waktu gue mau pergi penelitian ke Sindang Kelingi. Suaminya Yuk Sri khawatir, dia cerita kalo daerah itu rawan kejahatan. Dengar hal itu gak mungkin gue balik lagi kan ke Jakarta, ditambah lagi narsum gue bilang agar gue berhati-hati ketika kesana. Gue diminta untuk konpoi dengan kendaraan lain waktu masuk kedaerah sana. ih... seremmm, tapi alhamdulillah semuanya baik-baik aja. Penelitian gue beres dan gue bisa nulis blog ini. Dari Kota Curup ke Sindang Kelingi butuh waktu sekitar satu jam naik motor. Padahal gue udah pake jaket tebal, tapi tetap aja selama perjalanan itu, gue kedinginan. tapi kadang berasa sejuk juga.
Yang menyenangkan dari perjalanan kali ini adalah setelah selesai meneliti, gue masih bisa jalan-jalan. Gue pernah ke kota Bengkulu, cuma gak sempat nikmati sunset yang bisa dilihat dari pantai panjang. Hari terakhir penelitian gue di Sindang kelingi, habis zuhur gue memutuskan untuk langsung ke Bengkulu, mengejar waktu untuk melihat matahari terbenam dari pantai panjang. Jam 4 sore gue udah di kota Bengkulu. karena jadwal pesawat gue ke Jakarta baru keesok harinya. atas rekomendasi teman, gue nginep di hotel Xtra. Lokasinya ditengah kota, murah dan bersih juga.
Sebelum gue menikmati sunset di Pantai Panjang. Gue mengunjungi Benteng Marlborough. Benteng ini dibangun oleh East India Company (EIC) tahun 1713-1719 pada masa kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. Bangunannya masih terawat dengan baik. Atap bangunannya yang masih menggunakan genteng asli, terlihat dari cap pada genteng yang bertuliskan "Fabriek.Van.Echt". Untuk masuk ke lokasi ini, pengunjung hanya dikenakan biaya Rp.2.000,- saja. Dari atas benteng Marlborough, kita bisa melihat samudra hindia. Ternyata lebih asyik kesini sore hari, gak panas.Beda waktu pertama kali gue datang kesini saat siang hari. walaupun gue gak sampe masuk-masuk kedalam benteng karena sebagian udah tutup. Namun kali ini gue lebih menikmatinya, duduk diatas benteng memandang ke samudra hindia yang terbentang luas, lalu mengabadikan benteng malborough dengan kamera poket yang gue bawa. Travelling tanpa mengabadikan tempat yang kita kunjungi itu berasa ada yang hilang. Gue juga hobby photography. cuma saat ini, baru bisa mengabadikan tempat-tempat yang gue kunjungi dengan kamera poket. Pengen banget punya kamera SLR, yah cuma belum dapat restu dari mama. Pernah waktu itu udah pengen beli, kata mama mending uangnya buat beli emas aja, investasi gitu.
Benteng Marlborough, Bengkulu |
Puas menikmati dan mengabadikan Benteng Marlborough. Perjalanan gue lanjutkan ke Pantai Panjang yang gak jauh dari lokasi tersebut. Gue pengen banget sebenarnya nyusuri pantai panjang, membiarkan kaki gue terkena ombak yang datang ke bibir pantai. cuma niat itu, gue urungi dan gue lebih memilih untuk jepret-jepret aja di Pantai Panjang. Kalo ke pantai panjang, kalian bisa coba menggunakan delman untuk menyusuri Pantai Panjang. tapi gue gak tau berapa tarif sewanya, secara gue gak nyobain. gue cuma mengabadikan delmannya saja.
Di sepanjang pantai panjang banyak pondok-pondok kecil yang bisa digunain untuk duduk menikmati sunset. Pondoknya gratis, dengan catatan mesti memesan makanan yang dijual penyedia pondok tersebut. gue memilih pisang bakar dan es kelapa muda sebagai teman untuk menikmati sunset. Sunset di Pantai Panjang ini indah banget. Masya Allah begitu indah maha karyaNYA. gue senang banget karena bisa mengabadikan moment sunset itu dan gue puas dengan hasil jepretan gue.
Esok harinya, gue sempetin mampir ke rumah pengasingan Bung Karno. untuk dapat masuk dan melihat peninggalan bung Karno dikenakan biaya Rp. 5.000/orang. Kali ini, gue lebih menikmati untuk melihat peninggalan sejarah dimana dirumah ini ide-ide tentang kemerdekaan Indonesia lahir. Foto-foto Bung Karno, sepeda yang digunakannya. Gue juga sempet main kerumah fatmawati, cuma kata teman gue itu cuma replika. lokasi asli rumahnya bukan ditempat yang sekarang. Di Rumah fatmawati itu, gue ngelihat mesin jahit yang digunakan untuk menjahit bendera merah putih yang kini menjadi bendera kebangsaan Indonesia.
Sebelum menuju ke bandara fatmawati, gue memutuskan untuk sholat zuhur di masjid yang didesain oleh Bung Karno dan gue sempat mengabadikannya. Selain tempat wisata, gue juga menyempatkan wisata kuliner. gue nyobain makan mie pangsit, hasil rekomendasi teman gue yang lumayan sering ke Bengkulu. Dia bilang kalo ke Bengkulu, gue wajib nyobain mie pangsitnya. well... rekomendasinya gak salah, mie pangsitnya emang enak.
Perjalan kali ini begitu menyenangkan, semoga gue dapat kesempatan untuk mengexplore keindahan daerah Indonesia yang lainnya. Aamiin...