Welcome to Dieng |
Bisa menikmati banyak pemandangan indah dalam satu hari, Dataran Dieng tempatnya. Jumat, jam enam pagi, saya sudah nongkrong di stasiun UI. Bersama teman kuliah, Poetri dan Darma, kami akan pergi liburan ke Dieng. Perjalanan ke Dieng akan cukup melelahkan karena kami bakalan estapet. Dari stasiun senin naik kereta ke Purwokerto, lalu naik bus ke wonosobo dan terakhir dilanjutkan naik bus lagi ke Dieng. Di stasiun senin, Ima temannya Poetri sudah menunggu untuk ikut liburan bareng. Perjalanan empat gadis berhijab ke Dieng di mulai hari ini.
Jam 8.10 WIB, Kereta sawunggalih yang kami tumpangi melaju meninggalkan Jakarta. Mengobrol, Makan, membaca novel, main gadget dan tidur itu yang kami lakukan selama di kereta. Pukul 13. 30, kereta kami tiba di Stasiun Purwokerto. waktu turun kereta, saya sangat menikmati suasana stasiun ini seperti tempo dulu. Sebelum ke terminal purwokerto, kami sholat zuhur dulu di mushola yang ada di stasiun Purwokerto. setelah selesai sholat, waktu keluar stasiun Purwokerto. Rika, teman satu angkatan kerja sudah menunggu diluar stasiun. Sebelumnya, saya sudah menghubungi rika waktu dalam Perjalanan kereta menuju Purwokerto. saya sudah lama tidak bertemunya, terakhir waktu Prajabatan PNS tahun 2009. Kami melepas rindu, mengobrol sambil makan siang di restoran dekat stasiun Purwokerto. Namun sayang, Obrolan saya dengan Rika gak bisa lama. kami harus melanjutkan perjalanan ke Wonosobo, karena Bus terakhir ke Wonosobo dari terminal purwokerto jam 3 sore. Untuk menghemat waktu, kami menggunakan jasa taksi untuk menuju terminal purwokerto dengan biaya lebih kurang Rp. 40.000,-. Alhamdulillah, Bus terakhir ke wonosobo belum berangkat. Tidak lama menunggu, Bus yang kami tumpangi pun melaju dengan membayar ongkos Rp. 30.000,-/orang. Menurut teman Poetri yang pernah melakukan perjalanan purwokerto-wonosobo waktu yang dibutuhkan sekitar 3 jam. Namun ternyata, hal itu meleset dari perkiraan. Mungkin karena bus ekonomi yang kami tumpangi jalannya pelan dan sering berhenti untuk menaiki atau menurunkan penumpang...entahlah. Hasilnya, kami sampai kawasan alun-alun wonosobo pukul 19.30 WIB dan ternyata sudah tidak ada lagi bus yang menuju ke Dieng. Orang-orang disana menawarkan kami untuk naik travel saja. argh... ongkosnya lebih mahal berlipat-lipat. lelah mengeliling alun-alun wonosobo, Kami melihat sebuah mini bus, lalu bertanya apakah bus itu akan ke Dieng. ternyata itu bus cateran ibu-ibu pengajian yang akan pulang ke Dieng. argh.... hilang rasa malu, kami beranikan diri bertanya ketua rombongannya, apakah bisa menumpang bus tersebut. Alhamdulillah, mereka mengizinkan. Jam 20.30, Bus yang kami tumpangi berhenti di penginapan Bu Djono yang telah kami booking beberapa yang lalu dengan membayar ongkos Rp. 20.000,- /orang.
Udara dingin dataran tinggi sudah terasa, Kami disambut hangat di Penginapan Bu Djono. Kami memesan kamar dengan tarif Rp. 200.000/malam dan itu sudah termasuk extra bed dan kamar mandi yang ada fasilitas air panasnya. kamar yang kami pesan cukup luas. Menurutku, kamar ini bisa menampung 6 orang bahkan lebih. Setelah mandi, kami berburu makan malam. tadinya mau pesan di tempat penginapan. ternyata jam 10, kantinnya sudah tutup. kami pun beranjak ke tempat makan di belakang penginapan. Kalo perjalanan begini, saya lebih memilih makanan yang rasanya udah pasti-pasti aja dan gak bakalan bikin kecewa lidah. Udara malam yang dingin begini membuat kami memutuskan untuk memesan Indomie rebus pake telor dan segelas teh hangat. Suprising, 1 porsi mie rebus disini banyak banget menurutku dan yang lain juga. porsinya gak kayak mie rebus telor yang biasa saya masak dikost atau rumah, pokoknya lebih banyak. kami cuma bayar Rp. 11.000,-/orang untuk mie rebus telor dan es tehnya.
Setelah kenyang, kami menikmati suasana malam kota Dieng. Berfoto di Monumen selamat datang Dieng. Dinginnya udara dan mengingat pagi buta, kami harus bangun untuk memulai perjalanan keliling Dieng, kami memutuskan untuk pulang ke penginapan. Untuk keliling temapat-tempat wisata Dieng, kami menyewa mobil + sopir dengan tarif Rp.500.000/; hari yang tersedia di penginapan.
Jam 4 pagi, kami sudah bangun. Dinginnya udara dieng, bikin gak ada satupun dari kami yang mandi. hanya gosok gigi dan cuci muka saja. waktu keluar penginapan dan melihat termometer yang terpasang dekat pos pendakian gunung prau, suhu udara berada pada 5 derajat celcius. jaket tebal,kaos kaki dan sarung tangan masih tidak dapat menghalau rasa dingin yang merasuk hingga ke kulit.
sunrise di bukit sikunir |
Karena langit masih gelap, saat kami mendaki bukit sikunir. kami menggunakan penerangan dengan menggunakan senter dari hp. sayang banget headlamp saya ketinggalan di penginapan. Musim kemarau panjang membuat rute pendakian berdebu tebal. Untuk sampai ke puncak sikunir, waktu yang dibutuhkan sekitar 20-30 menit dengan track pendakian yang lumayan bikin ngos-ngosan. sampai di puncak bukit sikunir, sudah penuh dengan pendaki yang juga ingin menikmati sunrise. udah gak dapat spot yang bagus lagi. sekali-kali semburat jingga berbaur dengan kabut awan menyelimuti gunung (gak tau gunung apaan). para pengejar matahari sudah siap dengan kamera masing-masing siap mengabadikan sunrise pagi ini. tak lama, Sang surya perlahan malu-malu keluar dari peraduannya. argh,... indah banget, saya gak bisa mendeskripsikan keindahannya dengan kata-kata. sunrise yang paling indah yang pernah saya lihat. cahaya jingga memancar perlahan hitam berubah putih.
Sikidang |
Tempat wisata selanjutnya yang dikunjungi yanitu Kawah Sikidang. Masuk ke kawasan wisata ini gratis, lumayan ngurangi pengeluaran. Aroma belerang begitu menyengat disini. kalo gak tahan bisa pake masker. tenang aja, disini banyak yang menjajakan masker. Selain itu, kalian yang suka dengan edelwies bisa beli disini. Edelwies yang dijajakan sudah dirangkai dan diwarnai dengan harga berkisar 30 s.d 50 ribu rupiah.
Kawah Sikidang |
Asap dari kawah sikidang berpadu dengan langit biru memberi pesona tersendiri pada tempat wisata ini. Sinar mentari mememendar membuat bukit-bukit di sekitar kawah sikidang berkilauan. argh... jadi ingat lukisan pemandangan yang sering aku gambar waktu SD. Pemandangan gunung dengan matahari yang besar diatasnya. serupa tapi ini begitu indah.
Pemandangan dari Kawah Sikidang |
Jam 7 pagi, Dieng sudah sangat terang. puas menikmati sunrise di bukit Sikunir, Perjalanan dilanjutkan ke Batu ratapan angin. Kata Pak kelik, sopir yang mengantar kami, jam segini paling enak menikmati kawasan batu ratapan angin karena matahari belum begitu terik. sebelum sampai di kawasan tersebut, kami singgah ke candi Bima. jeprat-jepret, foto-foto, gak ada yang lain... hehehe
Candi Bima |
Menikmati Telaga warna dari Batu ratapan angin |
Untuk menikmati keindahan alam Dieng emang butuh tenaga ekstra. Dari kawasan batu ratapan angin, kita bisa menikmati telaga warna dari atas bukit. setelah tadi pagi mendaki bukit, kami harus mendaki lagi untuk sampai di spot yang bagus untuk bisa menikmati keindahan telaga warna dan pemandangan disekitarnya. tapi dengan pemandangan yang saya lihat, rasa lelah terbayarkan. menikmati pemandangan dari atas bukit itu memiliki kepuasan dan sensasi tersendiri. saya rasanya ingin naik ke bagian puncak yang lebih tinggi, tapi teman-teman yang lain sudah lelah dan merasa cukup dengan menikmati pemandangan dari situ saja. Duduk diam menikmati pemandangan ini, sesekali angin dingin bertiup lembut berasa damai. betah berlama-lama disini karena suasanya tenang gak kayak di Bukit sikunir yang rame banget. Pak kelik emang milihin kita spot yang jarang dikunjungi orang. serasa bukit itu milik kita... hehehe. Aku sih gak sempat nanya sama pak kelik kenapa tempat ini dinamai batu ratapan angin. terlalu terpesona dengan keindahannya
Batu ratapan angin |
Telaga warna dari atas batu ratapan angin |
Masih di kawasan ini, selanjutnya kami menonton tentang sejarah dataran Dieng di Dieng Plateu Theater. tarif nonton di Dieng Plateu Theater dikenakan Rp. 5.000,-/perorang. Kami membeli jamur crispy dan kentang goreng untuk cemilan nonton. jamur crispy dan kentang gorengnya enak banget, bikin nagih.
Dieng Plateu Theater |
Jam 10 pagi, Pak kelik mengajak kami kembali ke Penginapan untuk sarapan dan bersih-bersih. tadinya, kami sedikit ragu takut nanti gak sempat ke tempat wisata yang lainnya. tapi, Pak kelik menyakinkan bahwa kami akan bisa mengunjung tempat wisata yang lainnya. Setelah mandi dan istirahat sejenak menghilangkan lelah mendaki bukit. Kami makan. Kami kembali ke tempat makan yang semalam. saya suka karena tempatnya bersih. Kali ini, saya dan darma buat join makanan. kita memilih mie ongklok dan nasi goreng. Kita penasaran banget dengan rasanya.
Mie Ongklok |
Habis zuhur, perjalanan keliling Dieng dilanjutkan. Namun Pak Kelik tidak menemani kami, diganti dengan sopir yang lain. Kami Mengunjungi sumur jalatunda. Lagi-lagi kami mesti naik tangga. Sumur jalatunda itu besar dengan warna coklat. saya sih gak terlalu tertarik ngelihatnya. karena musim kemarau, airnya surut. namun, penjaganya bilang kalo musim hujan. warna air sumurnya bisa berubah-ubah. Selain itu terdapat mitos,kalo sumur ini berhubungan dengan pantai laut selatan.
Setelah itu, kami diajakin muter-muter ke danau Merdada. sayang karena kemarau, airnya jadi surut gitu. oh yah, pak sopirnya bilang kalo disini ada perkebunan wasabinya.Museum Dieng Kailasa |
Menikmati keindahan Dieng, tambah seru dengan mengunjungi museum Dieng Kailasa. Di museum ini, kami melihat artefak-artefak kuno tentang dieng. untuk masuk ke museum ini dikenakan tarif Rp. 5.000,-
kalo di batu ratapan angin, kami melihat telaga warna dari atas. Nah, perjalanan selanjutnya, menikmati telaga warna dari dekat. kami masuk ke kawasan telaga warna dengan tarif Rp. 5.000,-. Warna Biru dan hijau berpadu membuat telaga ini begitu indah.
Telaga warna |
hari mulai sore, matahari sudah tak begitu terik. Tujuan wisata terakhir kami yaitu kawasan Candi Arjuna. saat kesana, candi arjuna sedang mengalami pemugaran. untuk masuk ke kawasan ini dikenakan biaya Rp. 15.000,-/ orang
Candi Arjuna |
Puas menikmati dan duduk santai di kawasan Candi Arjuna. Kami pulang ke Penginapan sebelum magrib datang. Sudah senang-senang, kegalauan pun melanda kami. Mengingat jadwal kereta purwokerto- stasiun yang kami beli itu pukul 9 pagi. kalo, kami baru berangkat subuh tidak akan terburu. lagian juga tidak ada transportasi waktu jam segitu. akhirnya, kami memutuskan untuk pulang malam ini juga dengan bus terakhir ke wonosobo jam 7 malam. Habis magrib, kami bersiap-siap. Alhamdulillah, kami bertemu dengan mba yang baik banget (maaf... aku lupa namanya). setelah sampai di wonosobo, dia berkenan mengantar kami hingga ke daerah tempat bus ke purwokerto mangkal. Kami fikir akan sampai di purwokerto dini hari hingga tak begitu lama bermalam di stasiun. namun, kami salah. ternyata saat malam, perjalanan bus jadi lebih cepat. belum jam 12 malam, kami sudah ada di stasiun purwokerto. saya pikir boleh langsung masuk ke dalam stasiun, seperti kalo di bandara. ternyata gak bisa. kita jadinya nunggu di ruang tunggu luar dan untuk pertama kalinya, saya bermalam di stasiun, begitupun teman-teman yang lain. Jadi punya pengalaman, not bad lah.
pagi menjelang... kami diperbolehkan masuk kedalam stasiun jam 8 pagi. bergegas kami membersihkan diri, cuci muka, gosok gigi dan mengganti baju.
Jam 9. 10 WIB, kereta pun melaju menuju Jakarta.
Perjalanan yang menyenangkan, penuh pengalaman baru. saya ingin kembali lagi ke Dieng dengan pengalaman yang berbeda yaitu menaiki gunung prau.